Pemandangan orang-orang berbusana batik sangat lumrah dilihat di negara Indonesia. Hal ini menjadi salah satu poin tersendiri dalam mengukur seberapa dekat warisan kebudayaan nusantara tersebut dengan masyarakatnya walaupun banyak dipengaruhi faktor perkembangan yang lebih moderen dan mengglobal, termasuk mengenai produk fashion.
Secara teknis, terdapat banyak ragam motif batik. Tentu bukan merupakan tujuan utama untuk membuat banyak orang menjadi lebih hafal dengan ragam motif batik serta sejarah dan artinya, namun lebih mendasar lagi yaitu bagaimana memahami batik dalam sanubari yang dapat mencakup dimensi yang lebih mendalam dari sekadar estetika.
Era Soekamto membawanya dalam peragaan busana Iwan Tirta Private Collection, yang bertema Batik Dewaraja untuk mengenalkan tentang esensi atau filosofi ketuhanan pada selembar kain batik. Jika kita merunut pada sejarah dari dewa raja yaitu suatu pemahaman yang menganggap bahwa seorang raja atau penguasa merupakan perwujudan dari dewa. Dalam pemahaman tersebut seorang raja dianggap sebagai titisan dewa tertentu. Maka setelah meninggal-pun raja yang tersebut akan dicandikan sesuai dengan dewa penitisnya. Sebenarnya yang menjadi tujuan utama konsep dewaraja tersebut yaitu, mendapatkan suatu kepatuhan serta kesetiaan dari rakyatnya dimana perintah serta larangan raja sangat identik dengan perintah serta larangan dewa.
Sebuah perjalanan menuju suatu konsep lapisan teratas spiritual yang dipandu oleh Era Soekamto dengan sentuhan kreatifitasnya pada batik yang diawali dengan 2 busana yaitu, Samsara dan Nirwana yang motifnya berwarna sangat kontras dengan latarnya.
Kemegahan Batik Dewaraja Era Soekamto
Falsafah orang timur berbicara mengenai bagaimana cara seseorang untuk dapat terlepas dari suatu Samsara yang merupakan suatu siklus antara kebahagiaan dan penderitaan, atau dalam bidang teologi dapat diistilahkan dengan siklus reinkarnasi dimana untuk menuju titik puncak Nirwana siklus Samsara tak lagi berlaku.
Jembatan yang terbentuk dari Samsara ke Nirwana disajikan dalam motif Pagerwesi Kala, pada busana berlapis dengan model baju batik tanpa lengan dan berkerah gaya cheongsam. Mengangkat tema refleksi diri pada sebuah rumusan motif batik yang merujuk pada mirroring atau pencerminan.
Motif batik Nogo Liman serta motif batik Nogo Sebho ditampilkan sebagai wujud simbolisasi suatu perjalanan spiritual yang dituangkan melalui rangkaian motif batik yang terbentuk yang dilanjutkan pada puncaknya yaitu, motif batik Antahkarana yang merupakan sebuah gagasan akan realisasi tertinggi dari sebuah spiritualitas.
Motif batik Poleng Bali tersaji dalam kemegahan baju batik jenis tank dress yang menjadi pamungkas dari rangkaian motif batik tema besar Batik Dewaraja.
Satu hal yang menjadi catatan penulis yaitu mengenai eksplorasi sejarah budaya maupun kultur yang kita miliki sangat bisa untuk digunakan dan di kreasikan menjadi motif-motif batik baru yang diselaraskan dengan tren masa kini yang terus berkembang baik model,warna, maupun motif batiknya.
Daftar Pustaka Batik DewaRaja
- Sudrajat, M. Pd, 2012. Konsep Dewa Raja dalam Negara Tradisional Asia Tenggara. online: http://goo.gl/v5k94T. Universitas Negeri Yogyakarta. diakses pada 16 mei 2015.
- Era Soekamto, 2015. Batik Dewaraja dalam Peragaan Busana Iwan Tirta Private Collection. online: iwantirtabatik.com. diakses pada 16 mei 2015.