Motif batik kawung merupakan salah satu jenis motif batik tulis kuno yang muncul dan berkembang di Nagari Ngayogjokarto Hadiningrat pada era mataram baru. Namun kita wajib mengetahui motif batik kawung ini beserta makna yang terkandung dalam setiap guratan motif batik yang terbentuk dari selembar kain batik kawung.
Sejarah Motif Batik Kawung
Sejarah motif batik kawung dan penjelasannya perlu kita ungkap secara mendetail agar kita lebih mengenal batik kawung secara keseluruhan, Hal ini kita mulai dari awal yaitu dimana motif batik kawung merupakan salah satu jenis motif batik larangan pada waktu itu.
Motif batik kawung sudah dikenal mulai abad ke 13 yang diciptakan oleh sultan mataram pada waktu itu, kawung sendiri menjadi motif yang diilhami oleh buah kolang-kaling dari batang pohon aren, sumber lain juga mengatakan bahwa motif batik kawung dikaitkan dengan binatang kuwangwung. Filosofi yang terkandung pada pohon aren mulai dari atas (ujung daun) hingga pada akarnya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, hal tersebut menyiratkan agar manusia berguna bagi semua orang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, juga bernegara.
“Ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana, agama ageming diri”
Harga diri tercermin dari ucapan, harga diri juga tercermin dari cara berpakaian, agama adalah tuntunan bagi kita.
Dalam beberapa buku sejarah motif batik kawung menyebutkan bahwa motif batik kawung hanya dikhususkan bagi para keluarga bangsawan atau para pejabat keraton. Motif batik kawung mempunyai pola geometris yang juga memiliki makna khusus dalam filosofi adat jawa yaitu mencerminkan adanya satu titik pusat kekuatan dan kekuasaan didalam alam semesta, pun juga pada manusia. Episentrum power atau kekuasaan didalam motif batik kawung yaitu motif kawung (kolang-kaling) dikelilingi oleh empat bulatan atau persegi empat, atau kumpulan bintang sebagai wujud penyatuan unsur yang selaras, yaitu unsur alam (Makro Kosmos) dan unsur manusia (Mikro Kosmos). Jika kita menilik sudut pandang lain dari motif batik kawung yaitu sebagai perlambang papat madhep limo pancer yaitu Empat titik membentuk garis yang melambangkan persaudaraan berjumlah empat menghadap satu titik ditengah yang dianggap sebagai pusat kekuatan alam semesta, oleh karena itu motif batik kawung juga sebagai lambang persatuan. Sehingga motif batik kawung merepresentasikan bahwa seorang raja merupakan inti atau pusat kekuatan semesta, pemimpin manusia, pelindung yang lemah dan benar, dan juga seorang wakil tuhan atau representasi dari dewa dalam agama kapitayan yang dianut oleh masyarakat jawa kuno atau ada juga yang menyebut orang jawa kuno merupakan orang lemurian.
Pada awalnya motif batik kawung ini hanya boleh dikenakan kalangan keluarga kerajaan, namun setelah Kerajaan Mataram terbagi dua, peruntukannya dikenakan pada golongan yang berbeda juga. Keraton Surakarta, motif batik kawung ini dikenakan oleh para Punokawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) dan para Abdi dalem jajar priyantaka.
Motif Batik Kawung dan Penjelasannya
Sejarah batik kawung yang lain menyebutkan bahwa terdapat cerita rakyat dimana seorang pemuda dari desa yang berwibawa juga disegani oleh lingkungannya karena tutur kata yang santun dan bijak hingga menjadi perhatian oleh kalangan keraton Mataram. Pihak keraton mataram memiliki rasa penasaran yang tinggi atas kemashuran pemuda tersebut, hingga diutuslah seorang telik sandi kepada pemuda tersebut untuk menghadap sang raja. Sang ibu mendengar dari masyarakat setempat bahwa sang putra diundang oleh raja mataram. Hal ini membuat sang ibunda menjadi terharu dan menggantungkan banyak harapan kepada pemuda tersebut. Untuk itulah sang ibunda tersebut membuatkan batik dengan motif kawung, dengan harapan putranya bisa menjaga diri dari hawa nafsu juga menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat banyak. Singkat cerita pemuda tersebut naik pangkat menjadi adipati Wonobodro. Dalam prosesi pengangkatannya sebagai adipati, pemuda tersebut memakai model baju batik motif kawung pemberian ibundanya.
Pada umumnya turunan motif batik kawung diberi nama berdasarkan ukuran bentuk bulat-lonjong yang ada pada suatu motif batik kawung tertentu. Misalnya,
- motif batik kawung picis yang merupakan motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulat-lonjong yang berukuran kecil menyerupai mata uang picis senilai dengan sepuluh senyang.
- Motif batik kawung bribil merupakan salah satu jenis motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulat-lonjong yang ukurannya menyerupai mata uang bribil senilai setengah sen.
- Motif batik kawung sen merupakan salah satu jenis motif kawung dimana ukuran isen-isennya sebesar mata uang sen. Seringkali mata uang sen digunakan untuk ditebar sepanjang jalan sebagai pengiring jenasah hingga pada akhirnya kain batik kawung ini digunakan sebagai penutup orang mayat sebelum di kafani atau disemayamkan. Sumber lain mengatakan bahwa karena filosofi dari motif batik kawung sen yang memaknai kehidupan akan kembali ke alam sawung.
Gambar Motif Batik Kawung
Berikut ini kami tampilkan ketiga jenis motif batik kawung mulai dari kawung picis, kawung bribil hingga kawung sen.
Daftar Pustaka Sejarah Motif Batik Kawung
- fitinline,2013. Keunikan Makna Filosofi Batik Klasik: Motif Kawung. Online: http://goo.gl/A7U9l1 diakses 6 Januari 2015
- Andika Varian,2014.Batik Kawung. Online: https://goo.gl/1sbIcM diakses 6 Januari 2015